KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Keterampilan
Dasar Pembelajaran yang dibimbing oleh bapak
M. Arif Rofiki, M.Pd.I
Makalah
yang ditulis
penulis ini berbicara
mengenai Keterampilan Dasar
Pembelajaran. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari
buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada
tersebut.
Penulis berterima
kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini. Hingga
tersusun makalah yang sampai dihadapan
pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang
penulis tulis ini masih banyak
kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan
saran
atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.
Jayapura,
19 Maret 2013
Kelompok
X
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keterampilan mengajar
bagi seorang guru adalah sangat
penting kalau ia
ingin
menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai sumbstansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar
mengajar.
Sari
dari keterampilan
dasar mengajar
ini diambil dari berbagai
sumber dimana bahan ini digunakan untuk para
mahasiswa yang melakukan praktek
mengajar di sekolah sebelum dia
bekerja sepenuhnya sebagai seorang guru.
Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang
mengajar dengan pola
tradisional dan mengabaikan
keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar
ini.
Keterampilan
dasar mengajar
ini adalah
merupakan panduan pengajaran
mikro
dengan menggunakan perangkat Sydney Micro
Skills
(1973).
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat menyimpulkan
beberapa rumusan masalah yang akan di muat pada makalah ini yaitu :
1.
Apakah yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar?
2.
Pentingnkah keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru?
3.
Ada berapakah jenis-jenis
keterampilan mengajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keterampilan Dasar Mengajar
Istilah mengaja sering digandengkan dengan mengajar, sehingga sudah
menjadi satu kalimat majemuk
“kegiatan belajar mengajar” (KBM),
proses belajar mengajar (PBM) dan untuk menyebutkan kedua
istilah tersebut, saat ini
disatukan dengan “pembelajaran”. Dengan demikian jika
disebut “pembelajaran” itu berarti menunjukkan proses
kegiatan yang melibatkan unsure:1) belajar; 2)
mengajar.
Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang sudah lama (tradisional) sampai pada pengertian
yang terbaru (kontemporer). Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau
pengetahuan dari guru, dosen, instruktur atau widyaiswara
kepada siswa. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut, inti dari mengajar
adalah proses menyampaikan (transfer) atau memindahkan. Memang
dalam mengajar ada unsure
menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, instruktur atau widyaiswara
kepada siswa. Akan tetapi pengertian memindahkan tersebut bukanseperti
seorang memindahkan air minum dari satu cangkir ke
cangkir yang lain. Air yang dipindahkan dari satu cangkir ke cangkir yang
lain volumenya akan tetap sama
bahkan karena mungkin terjadi proses
penguapan,
maka volume air yang dipindahkan itu akan semakin berkurang (menyusut) dari keadaan sebelumnya. Oleh karena itu mengajar yang diartikan proses menyampaikan (transfer), maknanya
adalah “menyebarluaskan,
memperkaya” pengalaman belajar siswa
sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara maksimal.
Makna
lain dari pengertian mengajar sebagai proses menyampaikan, selain upaya menyebarluaskan dan memperkaya pengalaman belajar siswa ialah
menanamka pengetahuan, sikap
dan keterampilan.
Menanamkan satu pohon mangga, maka kemudian akan menghasilkan beberapa cabang dan ranting dan
dari situlah keluar
mangga yang banyak. Dari ilustraasi tersebut bahwa mengajar
sebagai proses transfer adalah menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga potensi
berfikir (pengetahuan), sikap,
keterampilan, kebiasaan dan kecakapan yang dimiliki siswa akan berkembang secara optimal.
Perkembangan berikutnya pengertian mengjar, yang
kini banyak dianut yaitu suatu proses mengatur dan mengelola
lingkungan elajar
agar berinteraksi dengan
siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Inti pengertian mengajar (tradisonal maupun kontempoter) keduanya sama yaitu untuk mengubah perilaku siswa, yakni dimiliki dan terkembangkannya pengetahuan/wawasan berfikir, sikap,
kebiasaan, dan keterampilan atau kecakapan atau yang
lebih popular perubahan
berkenaan dengan: pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
Perbedaanya
terletak pada
proses upaya merubah tingkah laku tersebut. Pandangan lama
melalui proses menyampaikan (transfer) yang
kadang-kadang sering
diartikan sempit, hanya
terbatas sebagai proses menyampaikan atau
memindahkan pengetahuan dan keterampilan saja,
sedangkan pada pengertian yang baru,
bahwa perubahan perilaku tersebut
dilakukan dengan cara
“mengelaola
lingkungan pembelajaran
agar berinteraks dengan
siswa”
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang
harus dikuasai oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara, yaitu: 1)
menguasai materi atau bahan ajar yang
diajarkan (what to teach), 2) menguasai metodelogi atau cara untuk membelajarkannya (how to teach). Keterampilan dasar
mengajar termasuk kedalam aspek nomor 2 yaitu cara
membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar
mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap guru, dosen, instruktur,
atau widyaiswara, karena keterampilan dasar mengajar
bahwa mengajar bukan sekedar
proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut aspek
yang lebih luas seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau
keterampilan yang
khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh
guru, dosen, instruktur
atau widyaiswara agar dapat melaksanakan
tugas
mengajar secara efektif, efisien dan professional. Dengan
demikan
keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa
kemampuan atau keterampilan yang
bersifat mendasar dengan beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan
oleh setiap guru,
dosen,
instruktur atau widyaiswara dalam
melakasanakan tugasnya.
B.
Alasan Pentingnya Keterampilan Dasar Guru
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Sementara itu, tenaga pendidik adalah pendidik professional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui pendidikan, penelitian,
dan pengabdian
kepada masyarakat. Dengan
munculnya UU ini guru/dosen sudah
diakui sebagai tenaga professional setara
dengan profesi lain. Yang dimaksud profesional di sini adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan
menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu
atau norma tertentu
serta
memerlukan pendidikan profesi.
Karena sebagai tenaga professional, maka seorang
pendidik harus mempunyai kompetensi tertentu disyaratkan. Kompetensi yang
dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut UU seorang pendidik harus mempunyai empat
kompetensi, yaitu pedagogis, kepribadian,
sosial, dan professional. Kompetensi pedagogis adalah kemampuan seorang pendidik mengelola pembelajaran peserta
didik, kompetensi kepribadian
adalah
kemampuan
kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia,
arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
kompetensi sosial adalah
kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama pendidik, teman sejawat, dan
masyarakat sekitar, sementara kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Secara
eksplisit empat kompetensi ini agaknya hanya ditekankan bagi seorang
guru,
namun sebenarnya
juga
berlaku bagi seorang
dosen. Bahwa siapa pun yang akan menjadi tenaga pendidik, dosen
ataupun guru, seharusnya mempunyai empat
kompetensi di atas.
Setiap tenaga pendidik harus
mempunyai kemampuan
menyampaikan
materi yang
dimiliki kepada peserta didik secara tepat. Untuk itu, pemahaman tentang konsep pendidikan, belajar dan psikologi orang dewasa perlu dimiliki seorang
tenaga pendidik. Sebab, kita mungkin sering mendengar ada seorang
tenaga pendidik yang sangat diakui keilmuannya namun ketika mengajar di kelas
sama sekali tidak dipahami oleh peserta didik. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu peserta didik yang di bawah standar atau tenaga pendidik yang tidak memahami audiens. Dalam ilmu pendidikan, kemungkinan
yang kedua lebih menjadi penyebab utama. Bahwa seorang tenaga pendidik
seharusnya lebih mengenal peserta didik dan tahu cara bagaimana
menyampaikan materi secara tepat.
Bertolak dari kasus tersebut, sudah seharusnya seorang
tenaga pendidik dan calon tenaga pendidik mempunyai kemampuan pedagogis agar
apa yang
disampaikan di kelas dapat dipahami oleh peserta didik yang
pada akhirnya dapat mencerahkan mereka. Kemampuan pedagogis yang dimaksud di sini antara lain terkait dengan metode pembelajaran, teknik mengelola
kelas, menggunakan
media, teknik mengevaluasi sampai melakukan refleksi proses
pembelajaran. Yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa mengajar adalah bukan sekedar
proses penyampaian atau penerusan pengetahuan. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu penggunaan secara integrative sejumlah
keterampilan untuk menyampaikan pesan. Pengintegrasian keterampilan- keterampilan yang
dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu wawasan.
Sedangkan
aplikasinya secara unik dalam
arti secara simultan dipengarhi
oleh semua komponen belajar-mengajar. Komponen yang dimaksud
yaitu tujuan yang
ingin dicapai, pesan yang
ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, serta yang tidak pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan
tentang diri dan misi seorang
guru/dosen sebagai
pendidik.
Kompetensi dasar mengajar dalam tulisan ini lebih dimaksudkan sebagai
pengetahuan dasar pembelajaran yang
perlu dipahami seorang tenaga pendidik. Sebagai sebuah kemampuan minimal, maka seorang
tenaga pendidik harus mampu melakukan inovasi dan
kreatifitas dalam pembelajaran. Terlebih bahwa jika yang
dihadapi adalah manusia dewasa yang sudah mempunyai pengetahuan
dan
kemandirian berpikir meskipun
masih perlu pendampingan dan mitra
belajar. Untuk
itu, semangat terus belajar dan menambah wawasan tentang kependidikan harus dilakukan seorang tenaga pendidik, apa pun pelajaran/matakuliah yang
diampu dan apa pun latar belakang pendidikannya, termasuk tenaga pendidik yang berlatar belakang kependidikan.
C.
Jenis-jenis
Keterampilan Guru
1.
Ketrampilan Bertanya
Keterampilan bertanya merupakan
bagian
yang tidak terpisahkan
dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang
sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan
kelas. Melalui
keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan
proses berpikir di kalangan siswa
dan sekaligus
dapat
memperbaiki
dan meningkatkan
proses belajar di kalangan
siswa.
Dengan
demikian,
guru
dapat
mengembangkan
pengelolaan kelas
dan sekaligus pengelolaan
instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan
kemampuan mendengarkan
guna dapat
menarik simpati dan
empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas
proses pembelajaran dapat
lebih
di tingkatkan.
Dalam
PBM tujuan pertanyaan yang diajukan guru ialah agar siswa belajar yaitu
memperoleh pengetahuan
dan
meningkatkan kemampuan
berpikir, baik berupa kalimat tanya atau
suruhan
yang
menuntut respon
siswa. Dalam PBM umumnya guru mengajukan pertanyaan kepada
siswanya
cara yang
digunakan mempunyai pengaruh dalam pencapaian hasil belajar
sehingga ketrampilan bertanya dibedakan atas : ketrampilan bertanya dasar,
mempunyai beberapa komponen yang
perlu diterapkan dalam mengajukan
segala jenis pertanyaan, sedangkan ketrampilan bertanya lanjut : lanjutan
dari bertanya dasar yang mengutamakan usaha pengembangan kemampuan
berfikir siswa.
Ada yang
mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”.
Bertanya merupakan ucapan verbal yang
meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang
merupakan
hasil pertimbangan.
Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong
kemampuan berpikir. Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang
tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik di bagi manjadi dua jenis, yaitu pertanyaan menurut maksudnya
dan pertanyaan menurut taksonomo Bloom. Pertanyaan
menurut maksudnya terdiri
dari : Pertanyaan
permintaan (compliance question), pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan
mengarahkan atau menuntun (prompting
question) dan pertanyaan menggali
(probing question). Sedangkan pertanyaan menurut taksonomi
Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowlagde question),
pemahaman (conprehention question), pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sintetis (
synthesis question)
dan
pertanyaan evaluasi
(evaluation
question).
Untuk meningkatkan partisipasi siswa
dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang
baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari kebiasaan seperti : menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak,
menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda. Dalam proses belajar
mengajar
setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut
respons siswa sehingga
dapat menambah
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam golongan pertanyaan. Ketrampilan bertanya
di bedakan atas
ketrampilan bertanya dasar
dan
ketrampilan
bertanya lanjut.
Sedangkan ketrampilan bertanya lanjut
merupakan lanjutan
dari ketrampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan
kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif
sendiri. Ketrampilan
bertanya lanjut di bentuk di atas
landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam
penerapan ketrampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah :
Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
Dalam menerapkan keterampilan
bertanya dasar
dan lanjut,
guru perlu
memperhatikan prinsip-prinsip
berikut:
a.
Kehangatan dan
keantusiasan.
b.
Menghindari kebiasaan mengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri,
mengajukan pertanyaan yang
mengundang
jawaban
serempak, mengulangi jawaban siswa, mengajukan
pertanyaan ganda, dan menunjuk siswa sebelum mengajukan
pertanyaan
c.
Waktu berpikir yang diberikan untuk pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari yang diberikan
untuk pertanyaan
tingkat
dasar.
d.
Susun
pertanyaan
pokok
dan nilai pertanyaan tersebut sesudah
selesai
mengaja
2.
Kertampilan Memberikan Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah
segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed
back)
bagi si penerima atas
perbuatannya sebagai suatu
dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan
respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau
mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk
meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
dan
meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai
penggunaannya oleh mahasiswa
calon guru agar dapat memberikan penguatan
secara bijaksana dan sistematis.
Komponen-komponen itu adalah :
a.
Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan
dan sebagainya.
b.
Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan,
penguatan
berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh.
Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari
penggunaan respons yang negatif.
3.
Ketrampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah
suatu kegiatan guru dalam konteks proses
interaksi belajar
mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan
siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, serta penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar
mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di
kelompokkan ke dalam
tiga kelompok
atau komponen, yaitu
:
a.
Variasi
dalam cara mengajar guru,
meliputi :
1)
penggunaan
variasi suara (teacher voice),
2)
Pemusatan perhatian siswa (focusing),
3)
kesenyapan atau
kebisuan guru (teacher silence),
4)
mengadakan kontak pandang dan gerak
(eye contact
and movement),
5)
Variasi gerakan
badan mimik,
6)
variasi
dalam ekspresi wajah guru,
7)
dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).
b.
Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat
pengajaran bila ditunjau
dari indera yang
digunakan dapat digolongkan ke
dalam tiga bagian, yakni dapat didengar,
dilihat, dan diraba. Adapun
variasi penggunaan alat antara lain
adalah sebagai berikut
:
1)
variasi
alat atau bahan yang dapat dilihat
(visual aids),
2)
variasi
alat atau bahan yang dapat didengart (auditif aids),
3)
variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat
atau bahan yang dapat
didengar, dilihat
dan diraba
(audio visual aids).
c.
Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru
dengan murid
dalam kegiatan belajar
mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kebosanan, kejemuan, serta
untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan
siswa
dalam mencapai tujuan.
4.
Ketrampilan Menjelaskan
Yang
dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan
dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi
secara lisan
yang diorganisasi secara sistematis untuk
menunjukkan adanya hubungan
antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang
belum diketahui. Penyampaian
informasi yang terencana
dengan baik
dan disajikan dengan
urutan yang cocok, merupakan ciri utama
kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan suatu aspek yang
sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga
pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan
peserta didik, maupun antar peserta didik.
Mengapa kita perlu menguasai keterampilan dasar mengajar menjelaskan? Sebab, ada
beberapa
tujuan yang akan kita peroleh dengan menguasai keterampilan ini, yaitu:
a.
Membimbing peserta didik
memahami materi yang dipelajari.
b.
Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah- masalah.
c.
Memberi balikan kepada peserta didik mengenai tingkat
pemahamannya,
dan untuk mengatasi kesalahpahaman
mereka.
d.
Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran,
serta menggunakan bukti-bukti dalam pmecahan
masalah.
e.
Menolong peserta didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip
umum secara objektif
dan bernalar.
Komponen-komponen keterampilan dasar mengajar menjelaskan adalah sebagai
berikut:
a.
Komponen merencanakan
Agar penjelasan kita
mudah dimengerti peserta didik, penjelasan yang kita berikan perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan
dengan isi pesan dan penerima pesan. Dua
hal tersebut sangat menentukan apakah
penjelasan
kita
tepat sasaran atau tidak.
1)
Isi
pesan
(materi) meliputi:
a)
Sebelum memberikan penjelasan, buatlahh analisis
terlebih dahulu terhadap masalah
secara keseluruhan.
Dalam
hal ini termasuk
pengindentifikasian unsur-unsur apa yang akan dihubungkan dalam
penjelasan
tersebut.
b)
Kita perlu mengenali lebih detil tentang jenis
hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dibicarakan. Jangan sampai
penjelasan yang
kita
berikan tidak nyambung
dengan tujuan
pembelajaran dan
topik perkuliahan.
c)
Sebelum memberikan penjelasan, kita harus memahami terlebih dahulu tentang penerapan hukum, rumus atau
generalisasi yang sesuai dengan masalah
yang ada. Ketidakjelian kita dalam melihat formula yang
tepat dari masalah yang kita bahas hanya akan menjadikan peserta didik
tidak
paham
atau bahkan bingung.
2)
Penerima pesan
Merencanakan suatu
penjelasan harus mempertimbangkan penerima pesan. Penjelasan yang disampaikan tersebut sangat bergantung pada kesiapan audiens yang mendengarkannya. Hal ini berkaitan erat dengan jenis kelamin, usia, kemampuan,
latar belakang sosial dan lingkungan belajar. Oleh
karena itu,
dalam merencanakan
suatu penjelasan harus
selalu
mempertimbangan faktor-faktor
tersebut di
atas. Dalam pendidikan berlaku formula “metode
lebih penting daripada materi” [al-tariqah ahammu min al-maddah]. Dalam konteks ini kecermatan kita dalam melihat siapa yang
kita
hadapi akan sangat menentukan jenis metode pembelajaran apa yang paling
tepat digunakan
di kelas.
b.
Penyajian
suatu
penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat kita tingkatkan hasilnya dengan
memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1)
Kejelasan
Penjelasan hendaknya
diberikan dengan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti oleh peserta didik. Usahakan untuk
menghindari penggunaan ucapan-ucapan
berikuut ini, seperti “ee”, ”aa”, ”mm”, ”kira-kira”, ”umumnya”, ”biasanya”, ”sering kali”,
dan
istiah-istilah lain yang tidak dapat dimengerti oleh
audiens. Ungkapan-ungkapan tersebut kadang malah
membuat peserta didik terganggu dan akhirnya tidak dapat
menangkap pesan yang disampaikan.
2)
Penggunaan contoh
dan ilustrasi
Dalam memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang
dapat ditemui oleh
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tentu tahu konsep CTL, Contextual
Teaching and
Learning, bahwa proses pembelajaran yang kita
lakukan seharusnya
lebih bermakna bagi peserta
didik. Agar lebih bermakna, maka pembelajaran harus lebih factual dan kontekstual.
Peserta didik akan lebih tertarik
mengikuti kegiatan pembelajaran jika dikaitkan dengan
dunia mereka.
c.
Pemberian tekanan
Dalam memberikan penjelesan, kita
harus mengarahkan perhatian peserta didik agar terpusat pada
masalah pokok, dan
mengurangi informasi
yang tidak penting. Dalam hal ini kita dapat menggunakan tanda atau
isyarat lisan seperti: “yang terpenting”, “perhatikan baik-baik konsep ini”,
“perhatikan, yang ini agak susah”.
d.
Penggunaan balikan
Kita hendaknya memberi
kesempatan
kepada peserta didik
untuk menunjukkan pamahaman, keraguan, atau ketidamengertiannya
ketika penjelasan itu kita
berikan. Berdasarkan balikan itu kita
perlu melakukan penyesuaian dalam penyajiannya, misalnya kecepatannya, memberi contoh tambahan atau mengulangi kembali hal-hal yang penting. Balikan
tentang sikap peserta didik dapat dijaring bersamaan dengan pertanyaan yang
bertujuan menjaring
balikan tentang
pemahaman mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti: ”Apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah penjelasan
tadi bermakna bagi kalian?”, dan
sebagainya.
Agar kita dapat menggunakan keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran dengan baaik, ada beberapa prinsip yang
perlu kita perhatikan. Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan
dasar mengajar tersebut
adalah:
a.
Penjelasan
dapat diberikan di awal, di tengah, ataupun
di akhir
jam
pertemuan (pelajaran), tergantung pada keperluannya. Penjelasan tadi dapat juga diselingi
dengan
tujuan
pembelajaran.
b.
Penjelasan
harus relevan dengan tujuan pembelajaran
c.
Kita dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari peserta didik
ataupun yang telah kita rencanakan sebelumnya.
d.
Materi penjelasan harus bermakna bagi peserta didik.
e.
Penjelasan
harus sesuai
dengan
kemampuan dan karakteristik
peserta didik.
5.
Ketrampilan Membuka dan Menutup pelajaran
Yang
dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau
kegiatan
yang dilakukan
oleh
guru
dalam
kegiatan belajar
mengajar
untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar
mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha
tersebut akan
memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup
pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk mengakhiri pelajaran atau
kegiatan
belajar mengajar.
Komponen
ketrampilan membuka
pelajaran meliputi:
a.
menarik perhatian
siswa,
b.
menimbulkan
motivasi,
c.
memberi acuan
melalui berbagai usaha,
dan
d.
membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang
akan
dipelajari.
Komponen
ketrampilan menutup
pelajaran meliputi:
a.
meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum
inti
pelajaran
b.
membuat ringkasan, dan
c.
mengevaluasi.
6.
Ketrampilan Membimbing Diskusi
Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman atau
informasi, pengambilan
kesimpulan, atau
pemecahan masalah.
Diskusi kelompok merupakan
strategi yang memungkinkan siswa
menguasai suatu
konsep atau memecahkan
suatu masalah melalui satu proses
yang memberi kesempatan untuk berpikir,
berinteraksi sosial, serta berlatih
bersikap positif. Dengan
demikian
diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreativitas siswa, serta membina
kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan
berbahasa.
7.
Ketrampilan Mengelola
Kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru
untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
bila
terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.
Dalam melaksanakan ketrampilan
mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang
berhubungan
dengan
penciptaan
dan pemeliharaan
kondisi belajar
yang optimal (bersifat prefentip)
berkaitan dengan kemampuan guru dalam
mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran, dan
bersifat represif
ketrampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan
dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas
kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan
mengajar agar mencapai hasil yang baik. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa
dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu
siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan
Kemampuan mengelola kelas harus
dimiliki oleh setiap guru, karena
guru adalah pihak yang berhubungan secara
langsung
dengan siswa. Guru
harus mengetahui kondisi dan kekhususan
masing-masing kelas, baik yang
menyangkut siswa maupun yang
menyangkut lingkungan fisiknya. Tindakan
pengelolaan kelas akan efektif apabila guru dapat mengidentifikasi dengan
tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi sehingga pada gilirannya guru dapat memilih strategi penanggulangan yang
tepat pula. Tindakan yang
dapat
diambil oleh guru tersebut dapat berupa (1) pencegahan, (2)
korektif atau tindakan, atau (3) kuratif
atau penanggulangan disesuaikan dengan masalah
yang terjadi.
Kemampuan mengelola kelas merupakan salah satu bagian
dariketerampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini disebabkan oleh tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah
membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang
optimal. Kondisi belajar yang optimal tersebut akan dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa
dan sarana dan prasarana pengajaran serta mengendalikannya
dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Apabila guru
tidak mampu menyediakan
kondisi belajar yang
maksimal maka proses belajar-mengajar akan
berlangsung secara
tidak
efektif, sehingga
hasil dari proses
belajar-mengajar
juga tidak akan optimal.
Ketidakberhasilan tersebut dapat dikatakan sebagai akibat dari tidak profesionalnya guru. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa guru tidak
kompeten atau tidak memiliki
kompetensi
profesional.
8.
Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah
berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara
3 -
8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang
untuk perseorangan.
Pengajaran
kelompok kecil dan
perseorangan
memungkinkan
guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta
terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan
siswa dengan siswa.
Komponen ketrampilan yang digunakan adalah: ketrampilan
mengadakan pendekatan secara pribadi, ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar dan ketrampilan merencanakan
dan
melaksanakan
kegiatan
belajar mengajar.
Diharapkan setelah menguasai
delapan ketrampilan
mengajar yang
telah dijelaskan di atas
dapat
bermanfaat untuk
mahasiswa calon
guru
sehingga dapat membina
dan
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Ketrampilan mengajar yang esensial secara
terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen ketrampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen
ketrampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang
sistematis dan objektif.